Rabu, 10 Oktober 2012

ARCA LEMBU MAHA NANDI Rp. 60 MILYAR DIPAMERKAN DI GANDHA RASA RESTO UBUD

Dipastikan pada awal November 2012, Arca Lembu Maha Nandi seharga Rp 60 miliar dipamerkan di Gandha Rasa Resto



Arca Setinggi 7 Cm Dihargai Rp 60 Miliar


Sebuah arca seekor lembu dipamerkan di sela-sela pembukaan Kongres Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia 2011 dan Pertemuan Ilmiah Arkeologi di ballroom Hotel Sheraton Surabaya, Jawa Timur, sejak Selasa (1/11/2011) kemarin.

Arca yang hanya berukuran panjang 15 cm, lebar 10 cm, dan tinggi sekitar 7 cm, dan berat 1,4 kg itu disebut sebagai Maha Nandi. Namun, yang mengejutkan adalah harga arca mini itu yang mencapai Rp 60 miliar.

Johan, dari lembaga motivator Total Quality Indonesia, menyebutkan, benda itu sekarang sudah masuk Benda Cagar Budaya yang dilestarikan. Selanjutnya, Total Quality mendapatkan hak untuk menyimpan dan merawatnya.

Besarnya nilai arca, disebutkan Johan, berdasarkan taksiran balai lelang di Singapura, yang kisaran harganya 2 juta dollar AS hingga 6 juta dollar AS. "Kalau kurs-nya 1 dolar Rp 10.000 kan bisa mencapai Rp 60 miliar,” kata Johan.

Lebih lanjut, Johan mengungkapkan, arca Maha Nandi itu ditemukan tahun 1998 oleh alm Poen Tjie Djang, warga kampung di sekitar daerah Candi Prambanan, Klaten, Jawa Tengah. Poen tidak sengaja menemukannya saat diri dia sedang menggali untuk pondasi pembangunan rumah baru.

Poen kemudian menyimpan begitu saja arca yang berbentuk lembu hitam dengan ekor dan kepala menengadah itu. Baru di tahun 2008, arca itu diberikan ke keluarga Yan Tek Hao, yang kemudian menunjukkan arca itu kepada Johan.

Oleh Johan, barang itu dilaporkan ke Direktur Peninggalan Purbakala Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Tak hanya itu, ahli arkeolog juga turun serta melakukan penelitian.

Setelah meneliti selama tiga tahun diketahui bila arca itu terbuat dari perunggu dan merupakan barang yang dibuat di masa kerajaan Hindu dan Buddha di Indonesia. Sebutan Nandi sendiri berarti adalah "lembu". Lembu dikenal sebagai tumpangan Dewa Siwa di kebudayaan Hindu.

Hal itu juga tampak dari adanya bekas tanah yang menempel di arca yang sudah menempel dan tidak bisa diperbaiki. Dari pemeriksaan lanjut ditemukan pada bagian arca terdapat ukiran emas yang letaknya tidak beraturan. Ukiran emas itu terdapat di bagian punggung, leher, dan tempat tumpuan arca. Ukiran itu menunjukkan sebagai baju atau aksesori pada Nandi untuk menyatakan bila dia adalah hewan suci.

Tak hanya itu, saat di X-radiograph, di dalam arca terdapat titik yang tak tertembus. Titik itu berbentuk bulat, dan kemudian diyakini sebagai relik, yaitu sisa pembakaran dari jenazah orang suci atau darma yang ada dalam kepercayaan Buddha.

”Orang yang di abu jenazahnya ada relik ukurannya besar, berarti dia adalah orang yang sudah reinkarnasi sebanyak 5-6 kali dan selalu menjadi orang yang banyak berdarma,” kata Johan mengutip informasi yang disampaikan pemuka agama Buddha.

Sementara dari bentuk nandi berupa lembu dengan ekor dan kepala menengadah atau melihat ke atas yang menunjukkan bila lembu itu sedang bergembira.

Kini nandi itu sudah diakui sebagai barang cagar budaya yang harus dilindungi dan telah ditetapkan dalam Undang-Undang Cagar Budaya Nomor 11 Tahun 2010. ”Sesuai dengan UU itu, kami mendapat hak itu menyimpan dan merawatnya. Saat ini kami sudah sediakan tempat khusus, dan suhu khusus untuk menyimpannya,” ujar Johan.



Selasa, 17 Juli 2012

PROFIL JOHAN YAN


JOHAN YAN seorang motivator budaya kelahiran medan 7 juli 1974, mengenyam pendidikan arsitektur S1 Universitas Kristen Petra, adalah pemegang 6 rekor MURI dalam 3 tahun berturut turut memotivasi 518 direktur 4073 manager. Johan Yan merupakan pelestari dan penyelamat Benda cagar Budaya, salah satunya adalah ARCA MAHA NANDI yg mempunyai nilai 6 juta USD di balai lelang international.

Sedangkan kiprahnya dalam dunia motivasi tidak diragukan lagi sehingga pada tanggal 26 maret 2012 dinobatkan sebagai motivator terbaik versi seputar indonesia, menangani lebih dari 80 perusahaan berkelas nasional dan international.

Dalam bidang arkeologi budaya sumbangsih yg diberikan sangat besar sebagai penemu penggunaan teknologi X-Ray Digital 130 KV dengan Automatic Exposure non destructive technique didunia arkeologi, yaitu penelitian menggunaan tehnologi X-Ray Digital 130 KV sehingga mendapatkan data yang diperlukan tanpa harus merusak (membelah) benda-benda arkeologi. Penemuan ini sempat dipamerkan dalam konggres Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia 2011 dan dan konggres PARI (Persatuan Ahli Radiologi Indonesia) 2011.

Dengan semangat “arkeologi bagi publik” beliau menciptakan Wayang Arkeo yaitu wayang pertama di Indonesia yg dibuat dengan menggunakan pendekatan arkeologi, kini beliau bersama Prof. Dr. Timbul Haryono M.Sc. Bapak Arekometalurgi indonesia mengadakan penelitian dalam bidang arkeometalurgi yg akan dituangkan dalam buku, “Arca Maha Nandi dalam perspektif arkeometalurgi”, pria keturunan tionghoa ini juga mendapat penghargaan gelar kehormatan dari Pakubuwono XIII Solo dalam bidang kebudayaan pada tahun 2012 dengan nama Kangjeng Raden Aryo Johan Yan.

KUNJUNGAN JOHAN YAN KE GANDHA RASA RESTO




Minggu, 15 Juli 2012

MERIAHNYA PERAYAAN TUMPEK LANDEP DI BALI

Prosesi upacara pasupati Maha Nandi.
Ubud - Perayaan Hari Tumpek Landep di Bali kali ini terasa berbeda. Hal ini tak terlepas oleh kehadiran benda cagar budaya Arca Maha Nandi, lembu wahana Dewa Siwa yang berusia 1200 tahun, yang diboyong oleh Total Quality Indonesia.

Secara khusus Arca Maha Nandi diberkati pada hari Tumpek Landep oleh Ida Pedanda Gede Jelantik Giri Puspa. Prosesi upacara dilakukan dalam persiapan spiritual sejak tanggal 28 Juni dan mencapai puncaknya tanggal 30 Juni 2012 pada hari raya Tumpek Landep. Hari Tumpek Landep sendiri jatuh setiap 210 hari sekali, dan uniknya selalu jatuh pada hari sabtu.

Tumpek Landep merupakan salah satu hari suci dalam agama Hindu, yang masih berhubungan dengan hari turunnya ilmu pengetahuan, yakni hari raya Saraswati.

Dalam perayaan Tumpek Landep masyarakat secara simbolis melakukan upacara untuk berbagai macam benda-benda yang terbuat dari logam. Dan upacara Tumpek Landep yang dilakukan di Banjar ambengan peliatan, Ubud Bali itu disaksikan oleh Anak Agung gede Dalem Sudarsana dari Puri Dalem Gelodan Nyar tengah dauh pura madya.

Upacara Tumpek Landep yang sangat unik tersebut juga mendapat perhatian puluhan pengusaha yang hadir diantaranya adalah Agung Tjahjono, pengusaha Gandarasa resto Ubud, asal semarang.

"Seharusnya pelestarian benda cagar budaya dapat dilakukan masyarakat dengan mengedepankan nilai nilai budaya, sebagaimana yang dilakukan pada hari raya Tumpek Landep ini," kata Agung dalam rilis yang diterima Centroone.com, Kamis (05/07).

Dalam kesempatan tersebut digelar pula upacara pasupati terhadap arca Maha Nandi. Dengan adanya upacara ini diharapkan dapat menggerakkan masyarakat untuk lebih peduli terhadap upaya pelestran dan penyelamatan benda cagar budaya Indonesia.

Pemilihan tempat di Bali karena Maha Nandi adalah arca peninggalan umat Hindu pada abad ke 8 yang sangat berharga. (rur)

(Sumber : http://www.centroone.com/news/2012/07/1r/meriahnya-perayaan-tumpek-landep-di-bali/)